Ironis

Orang baik dikatakan aneh. Orang aneh dijadikan panutan. Kalau kita berbuat kebaikan yang tampak dimata seseorang belumlah cukup menjadi kesan bahwa orang itu adalah orang baik.

Niat tulus saja belumlah cukup untuk kebaikan. Fitnah ada dimana-mana. Pernyataan sering diputar balikkan dan menjadi kiblat pembenaran. Misalnya seorang yang melakukan kemaksiatan belumlah tentu dia itu orang jahat (benar)
Seorang yang memakai gamis, pake lobe, memelihara jenggot belumlah tentu dia itu seorang yang baik (benar)
bahkan lebih sadis dibilang teroris.. (Miris)

Tapi dengan menjadikan nilai ukur pembenaran dari penilaian terbalik itu tidaklah bisa dibenarkan.
Sama saja secara langsung kita sudah memfitnah mereka.

Seorang yang taat beribadah pasti kita sedikit banyaknya sudah tahu bagaimana suasana kehidupannya sehari-hari.
Gitu juga sebaliknya, seorang pemabok, tukang palak pasti kita pun sudah tahu bagaimana keadaan dia sebenarnya.
Ga bermaksud menjudge tapì juga tidak menjadikan suatu pembenaran tanpa bukti.

Logikanya mendung belum tentu hujan tapi pasti mengarah kesana kan? Jadi mendung alamatnya hujan. Gitu juga sebaliknya.

Dengan menjadikan benar suatu dosa/kesalahan yang kita lakukan atas dalih sifat manusiawi kita bukan berarti kita dengan gampangnya menjadikannya suatu prinsip pegangan keyakinan, toh Tuhan Maha Mengetahui apa yang terlintas di hati manusia. Tuhan Maha Tahu proses perjuangan jatuh bangun kita dalam mencari ridha-Nya. Bukan tujuan yang dinilai Tuhan tapi proses ikhtiar dalam mencapai tujuan itu.

Intinya janganlah kita dengan gampangnya menilai seseorang dari luarnya saja, masalah dosa biarlah itu menjadi urusan Tuhan dengan yang bersangkutan. Kebenaran bisa ada dimana aja, kalau memang itu baik kenapa ga kita ambil untuk dijadikan intropeksi diri.
Sekedar coretan-ku..

Diposting oleh Difan96
POSTING BERKAITAN

TEMPLATE DESIGN BY
m-template | by: bagas96